Selasa, 02 Juni 2015

CURUG LAWA


Dibalik rutinitas penduduk yang padat, terdapat keindahan alam yang belum terjamah oleh apapun, begitu indah dan seolah kita patut mensyukurinya tanpa kurang satu pun itu. Aku begitu senang sekali berkesempatan melihat indahnya dan asri nan alaminya pemandangan curug lawa yang benar-benar belum terjamaah oleh oranglain. Bak aset negara yang harus tetap dijaga keberadaannya. Keadaan yang jelas berbeda, tidak seperti di Jakarta, hanya gedung pencakar langit yang menjulang tinggi menutup keindahan sang langit biru, air sungai yang keruh ditutupi oleh benda tak bermanfaat, dan jalan-jalan yang diwarnai kebisinggan kendaraan. Sungguh berbeda dengan semua keindahan alam yang dapat disaksikan jelas disini. Curug lawa begitu asri, alami, dan indah untuk dinikmati pemandangannya.


Tak butuh waktu lama untuk pergi kesana, hanya beberapa menit sampai. Tanpa harus melawan macet atau padatnya jalan kota. Aku dan teman-temanku menelusuri jalan-jalan pedesaan yang masih asri. Pemadangan sawah, rumah warga, dan pohon-pohon selalu setia berjejer menemani perjalanan kita ke curug. Benar-benar, aku tidak merasakan polusi, sungguh udaranya sangat segar, aku merasa beruntung untuk beberapa waktu tinggal di kota yang kecil dan juah dari padatnya ibukota ini, Purwokerto. Ya.. lalu, aku melihat banyak petani sedang sibuk berjalan mundur untuk menanam padi-padi begitu dengan hati-hatinya karena mereka tahu, nantinya padi akan menjadi bahan pokok untuk banyak orang. Tidak hanya itu, panorama gunung Slamet pun tidak luput dari perhatianku. Saat itu cuaca cukup cerah, panorama gunung Slamet seolah tidak boleh dilewatkan begitu indah menjulang tinggi dan dikelilingi oleh awan disekitar puncaknya. SubhanaAllah, sungguh indah ciptaanmu Allah. Belum tiba di curug aku sudah cukup bahagia melihat rutinitas desa dan alam yang asri menemaninya.

Aku begitu bersyukur saat dapat menikmati suasana desa ini. boleh ku ceritakan lagi? Aku melihat sungai kecil dan terasering yang sering digunakan para petami untuk mengaliri sawahnya memiliki air yang sangat bening, jernih, dan menyegarkan. Tak heran, banyak pepohonan yang tumbuh subur disini, air begitu jernih dan belum terkena polusi apapun. Aku tetap merasa senang menikmati pemandangan sepanjang jalan. Bunga-bunga liar juga tumbuh di sekitar jalan, sungguh indah dan berwarna-warni.

Beberapa menit sudah perjalanan kita, kurang lebih 20 menit sampai 30 menit. Kami tiba di curug lawa. Aku tak pernah berkunjung ke sini sebelumnyam namanya pun aku baru pertama kali mendengar. Kami tak perlu membayar uang masuk sepeser pun. Tidak ada tarikan atau pungutan liar. Kami hanya memarkir motor kami di salah satu halaman rumah warga yang cukup luas. Lalu, kami harus berjalan kebawah menuruni bukit yang jalannya cukup licin. Saat itu, aku memakai alas kaki yang salah, sehingga aku harus melepaskan sandalku dan berjalan dengan bertelanjang kaki. Tak apa, aku sungguh menikmatinya. Jalan cukup licin dan aku harus berhati-hati. Aku tetatp bergumam dalam hati karena begitu merasa senang. Di sepanjang jalan menuruni bukit, aku  melihat banyak sekali capung dengan sayap mereka yang berwarna-warni berterbangan hilir mudik. Sungguh indah. Tak ada tangga di jalan setapak itu, kita benar-benar menuruni bukit. Lalu, aku melewati jalan yang dialiri aliran air, mungkin akan berujung di aliran curug itu. Basah, bagian bawah jeansku menjadi basah. Kemudian, bunga-bunga berwarna kuning, seperti bunga matahari, tetapi bukan bunga matahari banyak bertebaran di sepanjang bukit. Pohon-pohon berries liar pun ikut membuatku bertanya apakah berries ini bisa dimakan, ah sudahlah, mungkin tidak. Tidak terlalu jauh, kami hanya berjalan sekitar 10 menit lalu sampai di curug lawa.

Ini dia curug lawa yang membuatku penasaran. Curug yang tidak terlalu memiliki ketinggian dan kolama ir yang tidak begitu dalam. Aku dibuat kagum dengan air yang tenang, biru, dan jernih. Tidak hanya disitu, air mengalir hingga ke bawah dan masih ada curug-curug lain sepertinya. Kami menikmati pemandangan dan suasana dicurug dengan gembira. Kami berfoto, bermain air, bahkan ada yang berenang untuk menikmati kesegaraan air curug. Aku tidak, aku tidak berani berenang di alam bebas seperti itu. Aku cukup berfoto bersama temanku di curug itu. Aku penasaran aku menelusuri kelanjutan dari curug ini. Akhirnya, aku dan temanku berjalan melewati batu kali yang besar untuk melihat arah aliran air itu. Coba lihat apa lagi yang kutemukan, aliran air yang membentuk curug dan ditutupi dengan batu yang seperti gua, namun airnya cukup dalam. Tidak hanya berhenti disitu, aku menelusurinya lagi. Lalu, di bawahnya, terdapat curug yang juga memiliki konsep seperti curug yang ditutupi batuan seperti sebelumnya, namun dalam ukuran yang lebih luas dan besar. subhanaAllah, begitu asri dan indah. Gemercik air begitu menenangkan pikiran dan alam yang begitu alami membuatku seolah tidak ingin pergi.

Kebersamaan dan kedekatan kami dengan alam begitu terasa di curug ini. Aku seolah tidak perlu membayar apapun, namun dibayar dengan keindahan alam yang bisa dinikmati secara gratis. Tak menyesal aku berkunjung ke curug lawa. Selintas aku terfikir, bagaimana keadaan curug ini beberapa tahun ke depan jika sudah banyak orang yang mengetahui keberadaanya. Semoga saja curug lawa ini tetap dijaga keasliaannya dan keberadaannya. Jangan dihancurkan tapi rawatlah tetap seindah ini. 

 Ini adalah beberapa sisi dari keindahan curug lawa dan keindahan alam sekitarnya yang akan membuat anda merasa nyaman. Nikmat Tuhan mana yang anda harus dustakan?


Hargai alam dan Rawatlah keberadaannya!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar