
Dibalik rutinitas
penduduk yang padat, terdapat keindahan alam yang belum terjamah oleh apapun,
begitu indah dan seolah kita patut mensyukurinya tanpa kurang satu pun itu. Aku
begitu senang sekali berkesempatan melihat indahnya dan asri nan alaminya
pemandangan curug lawa yang benar-benar belum terjamaah oleh oranglain. Bak aset
negara yang harus tetap dijaga keberadaannya. Keadaan yang jelas berbeda, tidak
seperti di Jakarta, hanya gedung pencakar langit yang menjulang tinggi menutup
keindahan sang langit biru, air sungai yang keruh ditutupi oleh benda tak
bermanfaat, dan jalan-jalan yang diwarnai kebisinggan kendaraan. Sungguh berbeda
dengan semua keindahan alam yang dapat disaksikan jelas disini. Curug lawa
begitu asri, alami, dan indah untuk dinikmati pemandangannya.

Tak butuh
waktu lama untuk pergi kesana, hanya beberapa menit sampai. Tanpa harus melawan
macet atau padatnya jalan kota. Aku dan teman-temanku menelusuri jalan-jalan
pedesaan yang masih asri. Pemadangan sawah, rumah warga, dan pohon-pohon selalu
setia berjejer menemani perjalanan kita ke curug. Benar-benar, aku tidak
merasakan polusi, sungguh udaranya sangat segar, aku merasa beruntung untuk
beberapa waktu tinggal di kota yang kecil dan juah dari padatnya ibukota ini,
Purwokerto. Ya.. lalu, aku melihat banyak petani sedang sibuk berjalan mundur
untuk menanam padi-padi begitu dengan hati-hatinya karena mereka tahu, nantinya
padi akan menjadi bahan pokok untuk banyak orang. Tidak hanya itu, panorama
gunung Slamet pun tidak luput dari perhatianku. Saat itu cuaca cukup cerah,
panorama gunung Slamet seolah tidak boleh dilewatkan begitu indah menjulang tinggi
dan dikelilingi oleh awan disekitar puncaknya. SubhanaAllah, sungguh indah
ciptaanmu Allah. Belum tiba di curug aku sudah cukup bahagia melihat rutinitas
desa dan alam yang asri menemaninya.
Aku begitu
bersyukur saat dapat menikmati suasana desa ini. boleh ku ceritakan lagi? Aku melihat
sungai kecil dan terasering yang sering digunakan para petami untuk mengaliri
sawahnya memiliki air yang sangat bening, jernih, dan menyegarkan. Tak heran,
banyak pepohonan yang tumbuh subur disini, air begitu jernih dan belum terkena
polusi apapun. Aku tetap merasa senang menikmati pemandangan sepanjang jalan. Bunga-bunga
liar juga tumbuh di sekitar jalan, sungguh indah dan berwarna-warni.
Beberapa menit
sudah perjalanan kita, kurang lebih 20 menit sampai 30 menit. Kami tiba di
curug lawa. Aku tak pernah berkunjung ke sini sebelumnyam namanya pun aku baru
pertama kali mendengar. Kami tak perlu membayar uang masuk sepeser pun. Tidak ada
tarikan atau pungutan liar. Kami hanya memarkir motor kami di salah satu
halaman rumah warga yang cukup luas. Lalu, kami harus berjalan kebawah menuruni
bukit yang jalannya cukup licin. Saat itu, aku memakai alas kaki yang salah,
sehingga aku harus melepaskan sandalku dan berjalan dengan bertelanjang kaki. Tak
apa, aku sungguh menikmatinya. Jalan cukup licin dan aku harus berhati-hati. Aku
tetatp bergumam dalam hati karena begitu merasa senang. Di sepanjang jalan
menuruni bukit, aku melihat banyak
sekali capung dengan sayap mereka yang berwarna-warni berterbangan hilir mudik.
Sungguh indah. Tak ada tangga di jalan setapak itu, kita benar-benar menuruni
bukit. Lalu, aku melewati jalan yang dialiri aliran air, mungkin akan berujung
di aliran curug itu. Basah, bagian bawah jeansku menjadi basah. Kemudian,
bunga-bunga berwarna kuning, seperti bunga matahari, tetapi bukan bunga
matahari banyak bertebaran di sepanjang bukit. Pohon-pohon berries liar pun
ikut membuatku bertanya apakah berries ini bisa dimakan, ah sudahlah, mungkin tidak.
Tidak terlalu jauh, kami hanya berjalan sekitar 10 menit lalu sampai di curug
lawa.
Ini dia
curug lawa yang membuatku penasaran. Curug yang tidak terlalu memiliki
ketinggian dan kolama ir yang tidak begitu dalam. Aku dibuat kagum dengan air
yang tenang, biru, dan jernih. Tidak hanya disitu, air mengalir hingga ke bawah
dan masih ada curug-curug lain sepertinya. Kami menikmati pemandangan dan
suasana dicurug dengan gembira. Kami berfoto, bermain air, bahkan ada yang
berenang untuk menikmati kesegaraan air curug. Aku tidak, aku tidak berani
berenang di alam bebas seperti itu. Aku cukup berfoto bersama temanku di curug
itu. Aku penasaran aku menelusuri kelanjutan dari curug ini. Akhirnya, aku dan
temanku berjalan melewati batu kali yang besar untuk melihat arah aliran air
itu. Coba lihat apa lagi yang kutemukan, aliran air yang membentuk curug dan
ditutupi dengan batu yang seperti gua, namun airnya cukup dalam. Tidak hanya
berhenti disitu, aku menelusurinya lagi. Lalu, di bawahnya, terdapat curug yang
juga memiliki konsep seperti curug yang ditutupi batuan seperti sebelumnya,
namun dalam ukuran yang lebih luas dan besar. subhanaAllah, begitu asri dan
indah. Gemercik air begitu menenangkan pikiran dan alam yang begitu alami
membuatku seolah tidak ingin pergi.
Kebersamaan dan kedekatan kami dengan alam begitu terasa di curug ini. Aku seolah tidak
perlu membayar apapun, namun dibayar dengan keindahan alam yang bisa dinikmati
secara gratis. Tak menyesal aku berkunjung ke curug lawa. Selintas aku
terfikir, bagaimana keadaan curug ini beberapa tahun ke depan jika sudah banyak
orang yang mengetahui keberadaanya. Semoga saja curug lawa ini tetap dijaga
keasliaannya dan keberadaannya. Jangan dihancurkan tapi rawatlah tetap seindah
ini.
Ini adalah beberapa sisi dari keindahan curug lawa dan keindahan alam sekitarnya yang akan membuat anda merasa nyaman. Nikmat Tuhan mana yang anda harus dustakan?

Hargai alam dan Rawatlah keberadaannya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar