Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat
dan canggih, banyak budaya-budaya timur yang kian lama kian redup. Hal ini juga
memicu hilangnya norma sosial di masyarakat. Miris sungguh mengiris hati, saya
ambil saja contohnya dari hilangnya deretan lagu anak-anak yang berubah menjadi
lagu bertemakan “cinta-cintan” yang
semestinya belum pantas untuk anak umur belasan.
Jika anda ingat nama-nama penyanyi lagu anak berikut
ini, mungkin anda berada di era 90-an yang sangat menyenangkan, ya itu era zaman
waktu saya kecil. Lagu-lagu anak-anak yang dinyanyikan oleh trio kwek-kwek, Chikita Meidi, Joshua, Tasya,
Tina Toon, dan lainnya sungguh menggembirakan dan membangkitkan nuansa
keceriaan anak-anak di dalamnya. Tak ada lirik-lirik percintaan di dalamnya. Saya
seolah bertanya mengapa lagu-lagu anak sekarang kian lama kian menghilang? Bahkan
anak-anak kecil zaman sekarang lebih senang dan hafal menyanyikan
lirik-lirik lagu bertemakan “Cinta” jika diamati jelasnya, hal ini
memicu anak-anak sekolah dasar yang sudah mengerti tentang arti “pacaran”,
cinta dan semacamnya. Sungguh memilukan.
Demam boy band dan girl band saat ini juga mendukung
hilangnya lagu anak-anak. Memang, mereka merupakan sekelompok anak-anak yang
memiliki talenta dan suara yang bagus. Tapi haruskah lagu-lagu mereka
bertemakan cinta? Sungguh disayangkan, karena banyak anak-anak yang meniru
maksud di dalam lirik lagu tersebut. Hal
ini juga memicu hilangnya daya kreatifitas anak-anak. Selanjutnya, pihak mana
yang perlu disalahkan?
Tak perlu menyalahkan berbagai pihak, kita bisa
mulai dari diri kita sendiri untuk membangkitkan minat anak-anak untuk
mencintai lagu-lagu anak semestinya dan jangan membiarkan mereka terjatuh di
dalam lirik-lirik lagu cinta yang akan membuat mereka tumbuh dewasa sebelum
masanya.
Peran orangtua sangatlah penting dalam hal ini.
Orangtua merupakan sang pemantau perkembangan anak, mulai dari bayi hingga
mereka tumbuh dewasa kelak. Bimbingan orangtua terhadap anak-anaknya sangat
diperlukan agar mereka dapat tumbuh kembang dengan baik di lingkungannya. Kembali
lagi di dalam konteks lagu anak-anak, para orangtua juga harus mengenalkan
lagu-lagu anak yang pantas di umurnya. Jangan membiarkan mereka menyanyikan
lagu-lagu dewasa yang mengandung lirik cinta. Hal ini juga baik untuk perkembangan
kreatifitas dan kecerdasaan anak. Anda seolah berperan sebagai anak-anak yang
sedang merindukan masa kecilnya dengan ikut serta menyanyikan lagu-lagu
anak-anak tersebut. Ciptakan suasana yang menggembirakan untuk menyatukan
suasana dengan lagu tersebut.
Tidak hanya orangtua saja yang berperan dalam
menciptakan minat anak-anak untuk menyukai lagu anak-anak kembali. Mungkin generasi-generasi
muda seperti kita ini juga bisa menyumbangkan atau menciptakan lirik lagu yang
bertemakan “keceriaan anak-anak” yang
memang dominan untuk anak-anak. Ciptakan lagu yang memicu kecerdasaan,
kegembiraan, dan kelucuaan anak-anak kecil pada zamannya.
Hilangnya lagu-lagu anak juga dapat dilihat dari rendahnya
minat media elektronik kita seperti pertelevisian, radio, dan internet untuk memberi
wadah tersendiri untuk kretifitas anak. Banyak pihak berfikir bahwa lagu-lagu
anak zaman dulu tidak memiliki daya pikat dan jual yang tinggi. Itu sebabnya
pertelevisian sekarang jarang menayangkan program anak-anak, sekalinya adapun,
itu tetap dihubungankan dengan sebuah kisah cinta yang tidak semestinya.
Jika anda masih mencintai nasib anak-anak Indonesia,
mari kita bangkitkan kembali nuansa lagu anak-anak yang menggembirakan untuk
generasi muda selanjutnya. Jangan biarkan moral mereka rusak hanya karena
sering menyanyikan lagu bertemakan cinta yang belum pada umurnya.
Sekian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar