Minggu, 06 Desember 2015

LAGU ANAK-ANAK, OH ENTAH KEMANA?


Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat dan canggih, banyak budaya-budaya timur yang kian lama kian redup. Hal ini juga memicu hilangnya norma sosial di masyarakat. Miris sungguh mengiris hati, saya ambil saja contohnya dari hilangnya deretan lagu anak-anak yang berubah menjadi lagu bertemakan “cinta-cintan” yang semestinya belum pantas untuk anak umur belasan.

Jika anda ingat nama-nama penyanyi lagu anak berikut ini, mungkin anda berada di era 90-an yang sangat menyenangkan, ya itu era zaman waktu saya kecil. Lagu-lagu anak-anak yang dinyanyikan oleh trio kwek-kwek, Chikita Meidi, Joshua, Tasya, Tina Toon, dan lainnya sungguh menggembirakan dan membangkitkan nuansa keceriaan anak-anak di dalamnya. Tak ada lirik-lirik percintaan di dalamnya. Saya seolah bertanya mengapa lagu-lagu anak sekarang kian lama kian menghilang? Bahkan anak-anak kecil zaman sekarang lebih senang dan hafal menyanyikan lirik-lirik  lagu bertemakan “Cinta” jika diamati jelasnya, hal ini memicu anak-anak sekolah dasar yang sudah mengerti tentang arti “pacaran”, cinta dan semacamnya. Sungguh memilukan.

Demam boy band dan girl band saat ini juga mendukung hilangnya lagu anak-anak. Memang, mereka merupakan sekelompok anak-anak yang memiliki talenta dan suara yang bagus. Tapi haruskah lagu-lagu mereka bertemakan cinta? Sungguh disayangkan, karena banyak anak-anak yang meniru maksud di dalam lirik lagu tersebut.  Hal ini juga memicu hilangnya daya kreatifitas anak-anak. Selanjutnya, pihak mana yang perlu disalahkan?

Tak perlu menyalahkan berbagai pihak, kita bisa mulai dari diri kita sendiri untuk membangkitkan minat anak-anak untuk mencintai lagu-lagu anak semestinya dan jangan membiarkan mereka terjatuh di dalam lirik-lirik lagu cinta yang akan membuat mereka tumbuh dewasa sebelum masanya.

Peran orangtua sangatlah penting dalam hal ini. Orangtua merupakan sang pemantau perkembangan anak, mulai dari bayi hingga mereka tumbuh dewasa kelak. Bimbingan orangtua terhadap anak-anaknya sangat diperlukan agar mereka dapat tumbuh kembang dengan baik di lingkungannya. Kembali lagi di dalam konteks lagu anak-anak, para orangtua juga harus mengenalkan lagu-lagu anak yang pantas di umurnya. Jangan membiarkan mereka menyanyikan lagu-lagu dewasa yang mengandung lirik cinta. Hal ini juga baik untuk perkembangan kreatifitas dan kecerdasaan anak. Anda seolah berperan sebagai anak-anak yang sedang merindukan masa kecilnya dengan ikut serta menyanyikan lagu-lagu anak-anak tersebut. Ciptakan suasana yang menggembirakan untuk menyatukan suasana dengan lagu tersebut.

Tidak hanya orangtua saja yang berperan dalam menciptakan minat anak-anak untuk menyukai lagu anak-anak kembali. Mungkin generasi-generasi muda seperti kita ini juga bisa menyumbangkan atau menciptakan lirik lagu yang bertemakan “keceriaan anak-anak” yang memang dominan untuk anak-anak. Ciptakan lagu yang memicu kecerdasaan, kegembiraan, dan kelucuaan anak-anak kecil pada zamannya.

Hilangnya lagu-lagu anak juga dapat dilihat dari rendahnya minat media elektronik kita seperti pertelevisian, radio, dan internet untuk memberi wadah tersendiri untuk kretifitas anak. Banyak pihak berfikir bahwa lagu-lagu anak zaman dulu tidak memiliki daya pikat dan jual yang tinggi. Itu sebabnya pertelevisian sekarang jarang menayangkan program anak-anak, sekalinya adapun, itu tetap dihubungankan dengan sebuah kisah cinta yang tidak semestinya.

Jika anda masih mencintai nasib anak-anak Indonesia, mari kita bangkitkan kembali nuansa lagu anak-anak yang menggembirakan untuk generasi muda selanjutnya. Jangan biarkan moral mereka rusak hanya karena sering menyanyikan lagu bertemakan cinta yang belum pada umurnya.  
Sekian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar