Keluarga menjadi salah satu orang-orang paling penting di
dunia ini. Mereka selalu ada disampingku tanpa kenal lelah untuk mendukungku
dan menemaniku dalam situasi dan kondisi apapun. Mereka sudah seperti teman,
sahabat, dan pendamping sepanjang hayat. Tak ada hal yang paling indah selain
memiliki keluarga yang lengkap, utuh, dan harmonis. Keluarga kecilku terdiri
dari Ayah, ibu, dan adik perempuanku yang 12 tahun umurnya jauh denganku.
Mereka itu sumber semangatku. Tak ada kata yang lebih membuatku menangis saat
kami berada dalam jarak, “AKU RINDU MEREKA”. Semenjak aku tinggal jauh untuk
kuliah di luar kota, hal ini menjadi keputusan terberat yang harus aku lakukan
untuk meninggalkan mereka beberapa waktu untuk mengejar kuliahku.
Teringat waktu kecil, aku hanya pergi untuk menginap di
rumah saudaraku di Bekasi yang jaraknya hanya ditempuh sekitar 2 jam dari
rumahku, di Cinere, Depok. Baru beberapa hari aku tinggal dirumah mereka, aku
sering menangis dan merengek minta pulang kerumah. Ya, dulu saat aku kecil, aku
begitu cengeng seolah takut jauh dari orangtuaku. Akhirnya, tanteku mengajakku
pulang esok harinya. Sungguh sedikit memalukan. Tapi, apa daya aku terlalu
rindu mereka. Sekarang, umurku hampir 20 tahun, aku pun masih cengeng dan
sering teringat suasana rumah saat aku sendiri di kamar kos. Seolah sepi, tak
ada suara si kecil Farah, adikku yang nakal, usil, tapi menggemaskan itu. Saat pulang
kerumah aku selalu menyempatkan diri bermain dengannya.
Sosok ayah yang menjadi pemimpin keluarga begitu aku
banggakan. Aku begitu bangga memiliki ayah sebaik dan sebijksana dia. Ayah adalah
laki-laki terbaik yang pernah aku kenal. Dia tak pernah sekali pun berniat
untuk menyakitiku dengan kata-katanya atau tindakannya. Ayah selalu
membimbingku dan memberi saran serta kekuatan terbaik untukku. Laki-lakiku,
Ayahku, juga telah menjadi guru terbaik sejak aku kecil hingga aku dewasa. Aku
adalah sosok pribadi pemalu sejak aku kecil, aku tak pernah punya mental
pemberani saat aku harus maju ke depan kelas, ntah itu harus menyanyi atau
membacakan puisi karanganku sendiri, aku terlalu pemalu untuk itu bahkan aku
bisa sampai menangis. Jelasnya, itu saat aku duduk dibangku Sekolah Dasar. Ayah
selalu mengusahakan hal terbaik untuk anak-anaknya. Hal itu begitu terlihat
saat aku akan lulus SMA dan masuk kuliah ke perguruan tinggi. Saat SMA, aku
ingin sekali masuk Universitas Negeri, yaitu Insititut Pertanian Bogor (IPB).
Aku ingin sekali berkuliah di jurusan Ahli gizi. Hal ini mendorongku karena
sebelumnya aku juga berada di kelas IPA. Aku begitu semangat untuk bersaing
dengan ribuan murid di Indonesia untuk masuk pergurusan tinggi favorit di
Indonesia. Sayangnya untuk seleksi pertama di jalur SNMPTN, aku benar-benar
gagal.
Hal ini membuat aku malu dan benar-benar merasa sedih. Aku gagal,
aku tak bisa membanggakan orangtuaku, terutama ayahku yang setiap hari
menyemangatiku dan berharap anak perempuan bisa melanjutkan pendidikan di IPB.
Ayah tetap memberiku semangat dan kesempatan untuk mengikuti seleksi masuk
perguruan tinggi selanjutnya, yaitu SBMPTN. Dengan baik dan senang hati, ayah
tetap mendampingiku sebelum ujian SBMPTN dimulai, yaitu mulai mempersiapkan
hal-hal yang dibutuhkan hingga pembayaran ujian. Ayah benar-benar meluangkan
waktunya untukku, hingga Ia memutuskan untuk cuti kuliah satu hari untuk
mengantarku ujian SBMPTN. Begitu cintanya dia kepadaku, aku tak pernah ingin
mengecewakannya. Tak pernah kufikir jika soal yang ku kerjakan akan semudah aku
mengerjakan soal pada saat latian. Diluar dugaan, soal yang kukerjakan jauh
lebih sulit, aku merasa tidak percaya diri dan tidak yakin akan lolos ujian
kali ini. Beberapa waktu setelah ujian SBMPTN selesai, pengumuman hasil pun
diumumkan. Untuk kedua kalinya, aku tidak berani untuk membuka hasilnya. Ayah dengan
baik hati membukakan hasilnya untukku. Namun, aku mengecewakannya lagi, aku
gagal untuk kedua kalinya dalam seleksi masuk perguruan tinggi ini. Aku mulai
putus asa, namun ayah tetap setia merangkulku.
Aku seolah malas untuk
melanjutkan kuliahku, hingga akhirnya mungkin ayahku marah, dia bertanya kepada
tentang perguruan tinggi swasta mana yang harus aku pilih. Aku tidak pernah
menginginkan untuk berkuliah di perguruan tinggi swasta. Akhirnya, aku pasrah,
ayah memilihkan Universitas Negeri Vetaran Jakarta, di jurusan ahli gizi. Aku mengikuti
seleksi masuk perguruan tinggi tersebut dan aku lolos. Passion ku tidak disana,
aku tidak semangat. Ntah, mungkin ketika melihatku mulai tidak bersemangat,
ayah berfikir dan memberikan kesempatan terakhir untukku mengikuti seleksi
ujian masuk perguruan tinggi terakhir, di jalur UMPBT, dengan senang hati dan
semangat aku harus berhasil. Ibu bilang, aku tidak perlu persiapan apapun,
kerjakan semampumu dan lakukan yang terbaik, tak perlu berfikir hasilnya. Ibu yakin
kamu masuk nak. Itu ucapan ibu. Ayahku tetap setia mendampingiku mengikuti
ujian hingga selesai. Kali ini universitas yang dicantumkan berdasarkan pilihan
dari ayahku, yaitu UNSOED dan UNS. Ntah dengan percaya diri dan berusaha
semaksimal mungkin, aku mencoba. Dan akhirnya…. Benar kata ibu, aku lolos masuk
UNSOED. Akhirnya, aku tak mengecewakan ayah dan ibu dan membuat mereka tertawa sumngringah. Terimakasih kalian
berdua J

Satu lagi yang begitu anggun dan
cantik di dunia ini, ibuku. Dia adalah seorang ibu yang displin dan tegas
terhadap anak-anaknya. Meskipun iya cerewet dan membuatku terkadang takut
dengan omelannya tapi aku tahu itu menunjukkan kasih sayangnya kepadaku. Ibu juga
sebagai sahabat kedua aku setelah ayahku. Pembicaraan tentang wanita yang
khusus kita habiskan membuat aku dan ibu seperti seorang sahabat. Begitu
menarik pembicaran itu. Ibuku koki handal sedunia. Aku selalu rindu segala
macam masakan yang Ia buat setiap hari. Rasa makanan yang Ia buat selalu pas
dan enak di lidah dan membuatku rindu akan masakan ibu saat aku jauh seperti
ini. Aku suka soto ayam, cap cay, dan tumis cumi-cumi, sangat lezat dan membuat
nafsu makanku bertambah. Ibu selalu menjaga aku dan adik dengan memberikan
asupan makanan yang bergizi dan sehat begitulah ibu yang baik untuk kami
berdua.

Namun terkadang, aku suka merasa
sedih dan bersalah. Aku pernah menyakiti hati wanita cantik di dunia dengan
tingkah nakalku dan perkataanku yang membuatnya menangis. Aku sungguh menyesal
bu, kau boleh pukul aku, meski aku tau, ibu tak sejahat itu denganku. Aku benar-benar
menyesal pernah membuat menangis. Maafkan aku..
Ibu selalu memfaakanku, tak pernah dendam dan terus
membimbingku. Aku begitu senang punya ibu sebaik, sedisplin, dan sesetia dia
terhadap keluarganya. Banyak pelajaran yang aku dapat dari ibuku, aku tak ingin
mengecewakannya lagi. Aku berjanji tak ingin melukai hatinya lagi. Ibu terlalu
berharga untuk disakiti. Wanita yang telah melahirkan dan membersarkanku ini
akan selalu kusayangi sampai akhir hayat. Aku selalu mendoakanmu agar ibu
selalu sehat dan tetap bisa melihat pertumbuhan anak-anakmu yang terkadang kami
berdua nakal. Aku rindu tidur di dekap ibu, makan masakan ibu, dan tidur dipangkuanmu
sambil membelai rambutku hingga terkang aku membuat adikku sendiri iri jika aku
sedang bertingkah manja dengan ibuku.
Terakhir yang tak kalah menyenangkan adalah aku mempunyai
adik kecil yang 12 tahun selisih umurnya denganku, namanya Farah. Menurutku,
dia adik paling manis, pintar, dan lucu. Dia mempunyai caranya tersendiri untuk
menyayangiku. Saat dekat memang kita cenderung bertengkar, namun saat jauh
banyak hal yang membuat aku rindu dengan tingkahnya. Adikku sekarang duduk di
Sekolah Dasar. Saat ini, sedang gemar bermain bersama teman sekolahnya dan
sering kuperhatikan adik sedang mencari hal apa yang dia sukai.

Adikku dan aku suka es krim. Kita sering menghabiskan waktu
untuk makan es krim bersama. Saat aku jauh kadang aku rindu hal itu. Dipagi hari,
dia pasti rusuh membangunkanku dari tidur, dan merengek mengajakku untuk
bermain. Aku terkadang kesal, namun aku tau itu caranya mencari perhatianku. Hal
lain yang begitu menarik untuk dilakukan dengan adikku adalah menonton serial
Disney Cartoon or Barbie Movies Series bersama. Tak pernah ketinggalan akan
momen itu, menjadi momen keakraban kita. Aku begitu sayang adik super usil dan
cantik itu. Tunggu aku pulang, kita akan main bersama lagi.